Pengikut

Senin, 28 Mei 2012

TUGAS
KEPERAWATAN ANAK
SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus)


Dosen Pengampu Titis Sensussiana S.Kep.,Ns






 






Disusun oleh :

1.       Fika Intan Rizana                   ( K.005.009.007 )
2.       Nur Kaisiyah Anisatul K       ( K.005.009. 012 )
3.       Anastasia Desi Ekaristi          ( K.006.010. 032 )
4.       Dwi Asih Mei Arti                 ( K.006.010. 035 )
5.       Mila Kurniasih                       ( K.006.010. 037 )
6.       Susi Wijayanti                        ( K.006.010. 042 )




PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES DUTA GAMA
KLATEN
2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmatNYA lah, kami sebagai penulis makalah ini bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu dengan judul “ Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit SLE (Systemic lupus Erithematosus)“. Kepada semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam menyempurnakan makalah ini yang telah rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran demi kesempurnaan makalah ini.
Syukur alhamdulilah berkat bantuan teman-teman, makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis senantiasa terbuka untuk menerima masukan, kritik, dan saran demi penyempurnaan makalah ini agar bermanfaat bagi kita semua untuk penulis khususnya dan pembaca umumnya.


Klaten,18 Maret 2012

                                                                                                Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 



 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Faktor imun dalam tubuh memiliki peran sangat penting. Terdapat   beberapa penyakit yang disebabkan gangguan atau kelainan pada sistem imun antara lain lupus eritematosus. Penyakit lupus eritematosus merupakan penyakit sistemik autoimun yang bersifat kronis yang melibatkan multiorgan,seperti pada kulit, sistem saraf, ginjal, gastrointestinal, mata, juga rongga mulut. Etiologi lupus eritematosus belum bisa dipastikan tetapi terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskannya, dan semua teori tersebut memiliki patogenesis yang sama.
Manifestasi klinis LES sangat bervariasi dengan perjalanan penyakit yang sulit diduga, tidak dapat diobati, dan sering berakhir dengan kematian. Kelainan tersebut merupakan sindrom klinis disertai kelainan imunologik,seperti disregulasi sistem imun, pembentukan kompleks imun dan yang terpenting ditandai oleh adanya antibodi antinuklear, dan hal tersebut belum diketahui penyebabnya yang berkaitan dengan manifestasi klinik yang sangat luas pada satu atau beberapa organ tubuh, dan ditandai oleh inflamasi luas pada pembuluh darah dan jaringan ikat, bersifat episodik diselangi episode remisi.
        Lupus eritematosus merupakan penyakit sistemik autoimun kronis. Etiologi lupus eritmatosus, sama seperti penyakit autoimun lainnya sampai saat ini belum pasti, tetapi prognosis dapat baik bila diberikan terapi yang adekuat contohnya pada beberapa kasus lupus yang ringan, seperti pada penyakit yang bermanifestasi pada kulit.Angka kejadian penyakit ini cukup tinggi, baik di seluruh dunia maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Penatalaksanaan penyakit ini membutuhkan kerjasama multidisiplin dan dukungan dari berbagai pihak.



B.     TUJUAN
I.     TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.S perawat mampu dan mengerti tentang Asuhan keperawatan klien dengan SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS
II.  TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
                Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan perawat mampu memberikan   asuhan keperawatan klien dengan Perikondritis,diharapkan perawat mampu:
a.         Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya klien.
b.         Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
c.         Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi diagnosa keperawatan.
d.        Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana.
e.         Diketahuinya perkembangan klien.
f.          Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan
                            

                                        









                                           BAB II

                                             TINJAUAN TEORI


A.      PENGERTIAN

SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakit radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.

B.       KLASIFIKASI

Penyakit Lupus dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu discoid lupus,   

systemic lupus erythematosus, dan lupus yang diinduksi oleh obat.

1.    Discoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas eritema yang meninggi, skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia. Lesi ini timbul di kulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung, dan dada. Penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan karena lesi ini memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di bagian tengahnya serta hilangnya apendiks kulit secara menetap (Hahn, 2005).
2.    Lupus Erythematosus
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang disebabkan oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan produksi autoantibodi yang berlebihan (Albar, 2003). Terbentuknya autoantibodi terhadap dsDNA, berbagai macam ribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan fosfolipid dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Albar, 2003) melalui mekanime pengaktivan komplemen (Epstein, 1998).




3.     Lupus yang diinduksi oleh obat
Lupus yang disebabkan oleh induksi obat tertentu khususnya pada asetilator   lambat yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat menjadi lambat, obat banyak terakumulasi di tubuh sehingga memberikan kesempatan obat untuk berikatan dengan protein tubuh. Hal ini direspon sebagai benda asing oleh tubuh sehingga tubuh membentuk kompleks antibodi antinuklear (ANA) untuk menyerang benda asing tersebut (Herfindal et al., 2000).
C.     ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi.Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan tubuh, dimana antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga terjadi penyakit menahun.Mekanisme maupun penyebab dari penyakit autoimun ini belum sepenuhnya dimengerti.Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan dan keturunan.
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
a)      Infeksi
b)      Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
c)       Sinar ultraviolet
d)      Stres yang berlebihan
e)       Obat-obatan tertentu
f)       Hormon.







D.     PATOFISIOLOGIS
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

E.      PATWAY






F.      MANIFESTASI KLINIS

a)      Gejala dari penyakit lupus yang sering terlihat :
1.    Demam
2.    Lelah
3.    merasa tidak enak badan
4.    penurunan berat badan
5.    ruam kulit
6.    ruam kupu-kupu
7.    ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari
8.    sensitif terhadap sinar matahari
9.    pembengkakan dan nyeri persendian
10.    pembengkakan kelenjar
11.    nyeri otot
12.    mual dan muntah
13.    nyeri dada pleuritik
14.    kejang
15.    psikosa.
b)      Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1.    hematuria (air kemih mengandung darah)
2.    batuk darah
3.    mimisan
4.    gangguan menelan
5.    bercak kulit
6.    bintik merah di kulit
7.    perubahan warna jari tangan bila ditekan
8.    mati rasa dan kesemutan
9.    luka di mulut
10.    kerontokan rambut
11.    nyeri perut
12.    gangguan penglihatan.

G.    KOMPLIKASI
      Komplikasi LES pada anak meliputi:
a)    Hipertensi (41%)
b)   Gangguan pertumbuhan (38%)
c)    Gangguan paru-paru kronik (31%)
d)   Abnormalitas mata (31%)
e)    Kerusakan ginjal permanen (25%)
f)    Gejala neuropsikiatri (22%)
g)   Kerusakan muskuloskeleta (9%)
h)   Gangguan fungsi gonad (3%).

H.    EVALUASI DIAGNOSTIK

Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan perikarditis.
Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak memastikan diagnosis.

I.       PENATALAKSANAAN MEDIS

1.     Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.                                                                                                          
2.     Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
3.     Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.
J.      PROGNOSIS
Beberapa tahun terakhir ini prognosis penderita lupus semakin membaik, banyak penderita yang menunjukkan penyakit yang ringan.Angka harapan hidup 10 tahun meningkat sampai 85%.Prognosis yang paling buruk ditemukan pada penderita yang mengalami kelainan otak, paru-paru, jantung dan ginjal yang berat.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ILUSTRASI KASUS
An.R,berusia 7 tahun,datang ke rumah sakit tanggal 15 februari 2012 dengan keluhan kelemahan kedua tungkai 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan terjadi tiba–tiba saat pasien berjalan sekitar 500 meter. Tungkainya terasa berat untuk digerakkan dan tubuh bagian bawah rasanya berkurang. Pasien masih dapat berjalan pulang dengan cara dibantu. Satu minggu kemudian, pasien merasa buang air kecil dan buang air besar sulit ditahan. Pasien selama sakit berobat jalan, tapi tidak ada perubahan. Berat badan turun 5 kg dalam 3 bulan, nafsu makan menurun, ada demam, tidak ada batuk, tidak ada riwayat trauma, dan nyeri persendian. Sejak dua bulan sebelumnya timbul kemerahan di kedua pipi pasien.
Pemeriksaan fisik saat datang ke Rumah sakit : pasien kompos mentis, fungsi mental baik, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 110 kali/menit, frekuensi pernapasan 20 kali/menit, suhu 38,70C, konjungtiva tidak pucat, dan sklera tidak ikterik.
A.    PENGKAJIAN
1.    Identitas
Nama                                       : An.R
Tanggal lahir                           : 5 september 2005
Jenis kelamin                           : Laki-laki
Tanggal MRS                          : 15 februari 2012
Alamat                                     : Semarang
Diagnosa Medis                       : SLE
Keluhan utama                         : kelemahan kedua tungkai




2.    Riwayat kesehatan
a.    Riwayat kesehatan sekarang
An.R datng ke rumah sakit tgl 15 februari 2012,dengan keluhan kelemahan pada kedua tungkai.3 minggu sebelum masuk rumah sakit kelemahan terjadi secara tiba-tiba saat berjalan sekitar 500 m. Tungkainya terasa berat untuk digerakkan dan tubuh bagian bawah rasanya berkurang. Pasien masih dapat berjalan pulang dengan cara dibantu. Satu minggu kemudian, pasien merasa buang air kecil dan buang air besar sulit ditahan
b.    Riwayat kesehatan dahulu
An.R tidak memiliki riwayat penyakit serupa atau riwayat penyakit lainnya ataupun mengalami alergi tertentu,Sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit.
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Setelah dilakukan anamnesa kepada pasien dan keluarga, tidak ditemukan adanya penyakit keturunan atau keluarga yang mengalami penyakit yang  sama.dan tidak ada yang pernah di rawat di RS.
B.     PENGKAJIAN BIOLOGIS
1.    Rasa aman dan nyman
a)    Sebelum sakit
An.R mengatakan sebelum sakit pasien merasa belum terjadi kelemahan,namun dari keluhan didapati pasien cepat lelah.
b)   Selama sakit
An.R mengeluh nyeri di persendian,badan terasa lemas dan untuk bergerak badan terasa sakit.
2.    Aktifitas –istirahat-tidur
a)    Sebelum sakit
An.R,seorang pelajar SD dengan rutinitas berangkat ke sekolah pada jam yang dientukan,Pasien mandi 2x sehari (pagi dan sore)Untuk istirahat pasien pasien jarang untuk istirahat atau luangkan waktu karena kesibukan di luar sekolah
b)   Selama sakit
Pasien dalam beraktivitas (ADL/Activity Daily Living) perlu bantuan orang lain.Selama di rumah sakit pasien susah untuk tidur/istirahat cukup. Pasien terlalu memikirkan tentang kondisinya yang sedang sakit,dan meraskan nyeri di persendian.pasien tidur kurang dari 8 jam/hari.pasien sulit untuk mobilisasi.
3.    Personal hygene
a)    Sebelum sakit
An.R mengatakan mandi 2x sehari,gosok gigi 2x/hari,keramas 2x/hari.pasien dapat mandiri melakukan rutinitas tersebut.
b)   Selama sakit
An.R sulit melakukan kebutuhan dalam personal hygene,pasien sulit untuk bergerak.kebersihn diri seperti mandi,gosok gigi dan keramas dibantu oleh keluarga.
4.    Cairan
a)    Sebelum sakit
Pasien mengatakan jarang minum air putih pasien lebih suka dengan air teh,dalam 1 hari ± 800cc kebutuhan cairan dipenuhi
b)   Selama sakit
Pasien susah untuk minum,baik air  putih/air teh.pasien kurang terpenuhi untuk cairannya kurang lebih hanya sekitar 800cc/hari
5.     Nutrisi
a)    Sebelum sakit
Pasien di rumah makan sesuka hati atau tergantung mood, BB pasien 35 kg, TB 125 cm, memiliki kebiasaan buruk dengan tidak mau makan secara rutin.
b)   Selama sakit
Pasien tidak mau mengkomsumsi diit yng diberikan,Pasien mual  bahkan muntah ketika makanan diberikan.BB pasien turun 5kg


6.    Kebutuhan Oksigenasi & karbondioksida
a)    Sebelum sakit
Sebelumnya pasien tidak sesak,Pasien dapat bernafas dengan lancar.Pasien juga tidak alergi,Pasien merasa cepat lelah.
b)   Selama sakit
Pasien dalam bernafas tidak dibantu dengan alat pernafasan,Pasien terdengar Ronchi basah pada kedua lapang Paru.
7.    Eliminasi Urine dan feses
a)    Sebelum sakit
Pasien buang air besar 3x/hari,dengan konsistensi normal (lembek).Pasien buang air kecil ± 500cc/hari,3-4x/hari.
b)   Selama sakit
Pasien merasa BAB dan BAK sulit ditahan.
C.    PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum
1.    Kesadaran                 : CM (Compos Mentis)
2.    Tanda-tanda vital       : S        = 38,7oc
                                    TD     = 110/70 mmHg
                                    N       = 110x/m
                                    RR     = 20x/m
3.    Pemeriksaan kepala :
Bentuk kepala mecocepal,tidak ada luka di kepala,Penyebaran rambut merata,sedikit beruban,rambut ikal.Reflek pupil isokor diameter 3mm,Refleks cahaya langsung dan tidak langsung positif.conjungtiva tidak pucat,sklera an ikterik.
4.    Pemeriksaan paru: didapatkan ronki basah pada kedua lapang paru. Bunyi jantung normal, abdomen lemas, hepar dan limpa tidak membesar, bising usus nomal, kulit wajah tampak eritema malar (butterfly rash), dan kulit tubuh terdapat livido retikularis generalisata. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk positif.refleks patela dan tendon achiles menurun, dan tidak ditemukan refleks patologis.

D.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium:
hemoglobin 11 g/dl, leukosit 5 ribu/µl, trombosit 171 ribu/µl, hematokrit 32,10%, laju endap darah 81, hitung jenis leukosit eosinofil 2, segmen 70, monosit 2, limfosit 2, gula darah 93 mg/dl, ureum 16 mg/dl, kreatinin 0,8 mg/dl, natrium 138 meq/l, kalium 3,6 meq/l, klorida 105meq/l, SGOT 121µ/l, SGPT 89 µ/l, urin lengkap leukosit banyak, eritrosit 6-7, sel epitel +, protein +, esterase leukosit 2+, glukosa -, dan keton -. Cairan sekret diplokok gram -, leukosit 20 – 30, sel epitel +, candida -, dan trichomonas -. Hasil pungsi lumbal sel 16/3, segmen -, limfosit -, protein 244 mg/dl, dan glukosa 36 mg/dl. Hasil pemeriksaan C3 35,4 ng/dl (N 55 – 120 ng/dl), C4 5,5 ng/dl (N 20 – 50 ng/dl), ANA positif 1/40, anti DS DNA positif 949 iu/ml. Hasil EKG normal. Hasil foto torak menunjukkan bronkopneumonia.
E.     THERAPI YANG DIBERIKAN
dexametason         4 x 5 mg,
ranitidine               2 x 1 amp
seftriakson             1 x 1 g
lapibal                    2 x 1 tab
parasetamol           3 x 1 tab.
NaCl                      0,9% diberikan 12 jam/kolf.










F.     ANALISA DATA
symptoms
Etiologi
Problem
DS : An.R mengeluh  
         nyeri di persendian
p :   proses penyakit 
       SLE
Q :  nyeri seperi di tekan
       dan panas
R :  persendian/seluruh 
       tubuh
S :   7          
T :   sering.
Do :
- ungkapan nyeri pasien
- pasien tampak 
  menahan nyeri
- kemerahan/ruam kulit
- nyeri persendian
- bengkak
- refleks tendon dan  
  achiles menurun
- tidak ada refleks
  patologis


Cidera biologis
(agen injur biologis)
Nyeri akut
Ds : pasien mengeluh
       seluruh badan lemas  
      (kelemahan otot)
Do :
- pasien tampak lemah
- pasien tidak bisa
  Beraktivitas normal
- pasien dibantu keluarga
  Dalam melakukan
  Aktivitas
- pasien tidak bisa
  Bergerak  
  normal/berpindah 
 (moving)

kelemahan otot, rasa

nyeri pada saat   

bergerak, keterbatasan

fisik.

 

gangguan mobilitas fisik
Ds :  pasien mengeluh
        kulitnya panas.
Do :
- ruam kulit
- erythema
- kulit tampak melepuh
- bengkak

perubahan fungsi barier

kulit,

penumpukan kompleks imun.

 

Kerusakan integritas kulit

G.    DIAGNOSA

a)                                                                                                                            Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis(agen injuri biologis)

b)                                                                                                                           Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot, rasa nyeri

            pada saat bergerak, keterbatasan fisik.

c)                                                                                                                            Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi

     barier kulit, penumpukan kompleks imun.









H.    INTERVENSI
Diagnosa
Tujuan & kriteria hasil
intervensi

Nyeri akut

berhubungan

dengan cidera

biologis

(agen injuri biologis)


NOC
1)   Pain level(539,2102)
2)   Pain control(536,1605)
3)   Comfort status: physical (282,2010)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,Dengan pasien tidak mengalami nyeri,
Dengan kriteria hasil:
a)    Mampu mengontrol
 nyeri
b)   Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri
c)    Mampu mengenali
nyeri
(PQRST)
d)   Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

NIC
Pain management (529,1400)
- monitor kepuasan pasien terhadap
   manajemen nyeri
- tingkatkan istirahat dan tidur yang
   adekuat
- kelola anti analgetik
- jelaskan pada pasien penyebab nyeri
-lakukan tekhnik non farmakologik  
  (distraksi-relaksasi)




Gangguan mobilitas fisik b/d

kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan fisik.


NOC
- joint movement (409,0206)
- mobility (502,0208)
- self care  : ADLS (621,0300)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ganngguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil :
- klien meningkat dalam
  aktivitas fisik
- mengerti tujuan dari 
  peningkatan mobilitas
- menstabilkan perasaan
  Dalam
  meningkatkan kekuatan  
 dan 
 kemampuan berpindah
- memperagakan
  penggunaan
  Alat bantu untuk
  mobilisasi   
  (walker)
NIC
Exercise therapy : ambulation
(357,0221)
- Monitoring vital sign
  sebelum/sesudah  latihan dan lihat
  respon pasien saat latihan
- konsultasikan dengan terapis fisik
  tentang rencana ambulasi dengan
  kebutuhan
- bantu klien untuk menggunakan alat
  bantu saat berjalandan cegah    
  terhadap cidera
- ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
  lain tentang tekhnik ambulasi
- kaji kemampuan pasien dalam
  mobilisasi
- latih psien dalam pemenuhan
  kebutuhan ADLS secara mandiri
  sesuai kemampuan
- dampingi dan bantu pasien saat
   mobilisasi dan bantu penuhi
   kebutuhan ADLS pasien
- berikan alat bantu jika pasien
  memerlukan
- ajarkanh pasien bagaimana merubah
  posisi dan berikan bantuan jika
  diperlukan







Resiko Kerusakan integritas kulit b/d perubahan fungsi barier

Kulit penumpukan kompleks imun.



NOC
- tissue integrity : skin and
  mucous and membranous
(699-700,1101)
- tissue perfution : perifer
(707-708,0407)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ,gangguan integritas kulit tidak terjadi.Dengan kriteria hasil :
- integritas kulit yang baik
  bisa dipertahankan
- melaporkan adanya
  gangguan sensasi/nyeri
  pada daerah kulit yang
  mengalami gangguan.
- menunjukan pemahaman
  dalam proses perbaikan
  kulit dan mencegah
  terjadinya cidera
  berulang
-sensasi & warna kulit
  normal
NIC
Preasusure management
(581,3500)
- anjurkan pasien untuk
  menggunakan pakaian yang
  longgar
- jaga kebersihan kulit agar tetap
  bersih dan kering
- Mobilisasi pasien setiap 2 jam/x
- monitor kulit akan
  adnyakemerahan
- monitor aktivitas dan mobilisasi
   pasien
- inspeksi kulit terutama pada
  tulang-tulang yang menonjol dan
  titik-titik tekanan ketika merubah 
  posisi pasien










BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Lupus eritematosus didefinisikan sebagai gangguan autoimun, dimana sistem tubuh menyerang jaringannya sendiri. Etiologi penyakit LES masih belum terungkap dengan pasti tetapi diduga merupakan interaksi antara faktor genetik,faktor yang didapat dan faktor lingkungan. Ada empat faktor yang menjadi perhatian bila membahas pathogenesis SLE, yaitu : faktor genetik, lingkungan, kelainan sistem imun dan hormon.
Gejala klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh.Berbagai kriteria diagnosis klinis penyakit lupus telah diajukan akan tetapi yang paling banyak dianut adalah kriteria menurut American College of Rheumatology (ACR).Diagnosis LES ditegakkan bila terdapat paling sedikit 4 dari 11 kriteria ACR tersebut, meliputi : butterfly rash, bercak discoid, fotosensitf,ulkus mulut, arthritis, serositif, gangguan ginjal, gangguan saraf, gangguan darah, gangguan imunologi dan gangguan antinuclear.Komplikasi LES pada anak meliputi: hipertensi, gangguan pertumbuhan,gangguan paru-paru kronik, abnormalitas mata, kerusakan ginjal permanen, gejalaneuropsikiatri, kerusakan muskuloskeleta dan gangguan fungsi gonad.
Jenis penatalaksanaan ditentukan oleh beratnya penyakit. Luas dan jenis gangguan organ harus ditentukan secara hati-hati. Dasar terapi adalah kelainan organ yang sudah terjadi.
B.       SARAN
a)   Bagi pasien/klien:
1.    Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan akan meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

2.    Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
3.    Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang optimal
b)      Bagi perawat/mahasiswa
Lebih meninngkatkan kualitas dalam pelayanan terhadap pasien sehingga perawat mampu memberikan Asuhan Keperawatan yang baik dan optimal.Serta dapat menjadi tolok ukur dalam mengembangkan kemampuan perawat.





















DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marlyne ( 2000 ) Rencana Asuhan Keperawatan.
                EGC.Jakarta
Suzanne, Smeltzer ( 2001 ) Keperawatan Medikal Bedah edisi 2 Vol 8.
                EGC,Jakarta
Baihaqi,Rizki.24 agustus, 2011 [11:00].http://www.medicastore.com/nutrafor/isi. 
             diakses tanggal 16 maret 2012
 Underbrink, Michael. 2001. Infection of External Ear. http://wwwutmb.edu/otore.
             Diakses 16 Maret 2012.
Morhead,Sue.dkk.Nursing Outcomes Clasification (NOC).Fourthedition.
             Mosby.Philadelphia.
Mc.Closky J.dan Bulaceck G.2000.Nursing incomes Clasification (NIC).               
             Mosby Philadelphia.