ASUHAN KEPERAWATAN PENDERITA HEMOFILIA
Dosen
pengampu : Feri catur Yulianti.S.kep.ns
Disusun oleh :
Manfur sodiq
anqori (K.005.009.00)
Dwi asih mei
arti (K.006.010.035)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DUTA GAMA
KLATEN
Kata pengantar
Puji syukur kami
ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmatNYA lah, kami sebagai
penulis makalah ini bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu dengan judul “
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit HEMOFILIA” Kepada semua pihak yang baik secara langsung
maupun tidak langsung membantu penulis dalam menyempurnakan makalah ini yang
telah rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran demi kesempurnaan makalah
ini.
Syukur alhamdulilah
berkat bantuan teman-teman, makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis senantiasa terbuka untuk menerima masukan, kritik, dan saran demi
penyempurnaan makalah ini agar bermanfaat bagi kita semua untuk penulis
khususnya dan pembaca umumnya.
Klaten,17 april 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kata
hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff di
Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah
hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter
berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun 1928.
Pada
abad ke 20, pada dokter terus mencari penyebab timbulnya hemofilia. Hingga
mereka percaya bahwa pembuluh darah dari penderita hemofilia mudah pecah.
Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari Havard, Patek dan Taylor,
menemukan pemecahan masalah pada pembekuan darah, yaitu dengan menambahkan
suatu zat yang diambil dari plasma dalam darah. Zat tersebut disebut dengan
"anti - hemophilic globulin". Di tahun 1944, Pavlosky, seorang dokter
dari Buenos Aires, Argentina, mengerjakan suatu uji coba laboratorium yang
hasilnya memperlihatkan bahwa darah dari seorang penderita hemofilia dapat
mengatasi masalah pembekuan darah pada penderita hemofilia lainnya dan
sebaliknya. Ia secara kebetulan telah menemukan dua jenis penderita hemofilia
dengan masing - masing kekurangan zat protein yang berbeda - Faktor VIII dan
Faktor IX.
Dan
hal ini di tahun 1952, menjadikan hemofilia A dan hemofilia
B sebagai dua jenis penyakit yang
berbeda Meskipun hemofilia telah lama dikenal di dalam kepustakaan kedokteran,
tetapi di Jakarta baru tahun 1965 diagnosis laboratorik diperkenalkan oleh Kho Lien
Keng dengan Thromboplastin Generation Time (TGT) di samping prosedur masa
perdarahan dan masa pembekuan. Pengobatan yang tersedia di rumah sakit hanya
darah segar, sedangkan produksi Cryoprecipitate yang dipakai sebagai terapi
utama hemofilia di Jakarta, diperkenalkan oleh Masri Rustam pada tahun
1975.Pada tahun 2000 hemofilia yang dilaporkan ada 314, pada tahun 2001 kasus
yang dilaporkan mencapai 530. Diantara 530 kasus ini, 183 kasus terdaftar di
RSCM, sisanya terdaftar di Bali, Bangka, Bandung, Banten, Lampung, Medan,
Padang, Palembang, Papua, Samarinda, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan
Yogyakarta
B. Tujuan
1) Tujuan instruksional umum
1) Tujuan instruksional umum
Setelah
dilaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.S perawat mampu
dan mengerti tentang Asuhan keperawatan
klien dengan Perikondritis.
2) Tujuan Instruksional khusus
Setelah
dilaksanakan tindakan keperawatan,Perawat mampu
memberikan
asuhan keperawatan klien dengan Hemofilia :
a. Teridentifikasinya
masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya klien.
b.
Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
c.
Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk
mengatasi diagnosa keperawatan.
d.
Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara
tepat dan terencana.
e.
Diketahuinya perkembangan klien.
f.
Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang berkaitan
dengan defisiensi atau kelainan biologic factor VII dan factor IX dalam plasma.
(David Ovedoff, Kapita Selekta Kedokteran)
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang diturunkan melalui
kromosom X. Karena itu, penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria karena
mereka hanya mempunyai kromosom X, sedangkan wanita umumnya menjadi pembawa sifat
saja (carrier). Namun, wanita juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan
kromosom X dari ayah hemofilia dan ibu pembawa carrier dan bersifat letal. (www.info-sehat.com)
Hemofilia adalah gangguan pembekuan darah akibat kekurangan factor pembeku
darah yang disebabkan oleh kerusakan kromosom X.
(www.anakku.net.)
B. Etiologi
B. Etiologi
a)
Mutasi genetic yang didapat (acquired) atau diturunkan
(herediter)
b)
Hemofilia A disebabkan kurangnya factor pembekuan VIII
(AHG)
c)
Hemofilia B disebabkan kurangnya factor pembekuan IX
(Plasma Tromboplastic Antecendent)
d)
Hemofilia A maupun B dapat dibedakan menjadi 3 :
a. berat (kadar factor VIII atau IX < 1%)
b. sedang (kadar factor VIII atau IX antara 1% - 5%)
c. ringan (kadar factor VIII atau IX antara 5% - 30%)
C. Pathofisiologis
Perdarahan
karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada jaringan yang letaknya
dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena gangguan pada
tahap pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap
pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme
pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B. Perdarahan mudah terjadi pada
hemofilia, dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang
berusia ± 3 bulan atau saat – saat akan mulai merangkak maka akan terjadi
perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan
berikutnya. Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat
fatal. Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada
pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh) → darah
keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil → Keping darah
(trombosit) akan menutup luka pada pembuluh→Kekurangan jumlah factor pembeku
darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk
sempurna→darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh → perdarahan (normalnya:
Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin)
yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir
keluar
pembuluh).
D. Pathways
gbr.diagram herediter
E. Manifestasi Klinis
1. Masa Bayi (untuk diagnosis)
a.
Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi
b. Ekimosis subkutan di atas
tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4
bulan)
c. Hematoma besar setelah infeksi
d. Perdarahan dari mukosa oral.
e. Perdarahan Jaringan Lunak
2. Episode Perdarahan (selama rentang
hidup)
a.
Gejala awal : nyeri
b.
Setelah nyeri : bengkak, hangat dan penurunan mobilitas)
3. Sekuela Jangka Panjang
Perdarahan
berkepanjangan dalam otot menyebabkan kompresi saraf dan
fibrosis otot.
F.
Komplikasi
Komplikasi terpenting yang timbul
pada hemofilia A dan B diantaranya :
a) Timbulnya
inhibitor
Suatu inhibitor terjadi jika system
kekebalan tubuh melihat konsentrat factor VIII dan factor IX sebagai benda
asing dan menghancurkannya.
b) Kerusakan
sendi
Dapat terjadi sebagai akibat dari
perdarahan yang terus berulang di dalam dan sekitar rongga sendi.(kontraktur
otot),paralisis
c) Penyakit
infeksi yang ditularkan oleh darah
Misalnya penyakit HIV, hepatitis B
dan hepatitis C yang ditularkan melalui konsentrat factor pada waktu
sebelumnya.
d) Perdarahan
intrakranial
e) Artropati
progresif, melumpuhkan
f) Kontrakfur
otot
g) Paralisis
h) Perdarahan
intra kranial
i)
Hipertensi
j)
Kerusakan ginjal
k) Splenomegali
l)
Hepatitis
m)
AIDS (HIV) karena terpajan produk darah
yang terkontaminasi.
n)
Anemia hemolitik
o)
Trombosis atau tromboembolisme
G. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan Lab. Darah
a. Hemofilia A
:
1) Defisiensi
factor VIII
2) PTT (Partial
Thromboplastin Time) amat memanjang
3) PT
(Prothrombin Time/ waktu protombin) memanjang
4) TGT
(Thromboplastin Generation Test)/ diferential APTT dengan plasma abnormal
5) Jumlah
trombosit dan waktu perdarahan normal
b. Hemofilia B
:
1) Defisiensi
factor IX
2) PTT (Partial
Thromboplastin Time) amat memanjang
3) PT
(Prothrombin Time)/ waktu protombin dan waktu perdarahan normal
4) TGT
(Thromboplastin Generation Test)/ diferential APTT dengan serum abnormal
H. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan Lab. Darah
a) Pemeriksaan koagulasi akan menyatakan protombin yang normal dan waktu
perdarahan, kadar fibrinogen normal, factor VIII rendah pada hemophilia A,
factor IX rendah pada hemophilia B dan masa tromboplastin parsial memanjang
b) HDL akan menyatakan hitung trombosit normal
c) Uji DNA untuk hemophilia A akan mendeteksi carrier penyakit
d) Amniosintesis akan mendiagnosis hemofilia pada waktu prenatal
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Kaji adanya perdarahan akut atau kronis
1. Kulit, sendi dan otot merupakan prioritas pengkajian
2. Periksa
pengelihatan, pendengaran, dan perkembangan
Neurologic
3. Periksa adanya hematuria dan perdarahan dari mulut, bibir
dan rectum
b) Beri transfusi factor pembekuan yang hilang (konsentrate factor
VIII atau IX)
1.
Dengan
adanya teknologi DNA rekombinan, resiko penularan HIV, hepatitis, dan virus
lainya telah dapat dihilangkan karena factor VIII rekombinan tidak berasal dari
plasma manusia
2.
Factor IX
rekombinan akan dapat diproduksi segera
3.
Beri
DDAVP(desmopresin) pada anak dengan hemofilia A ringan sampai sedang
4.
DDAVP
meningkatkan pelepasan factor VIII
5.
DDAVP tidak lagi
digunakan pada hemofilia B
c) Cegah dan
minimalkan perdarahan
1. Berikan
penyuluhan tentang pencegahan cidera
2. Anjurkan penggunaan sikat gigi yang lembut dan periksa
rutin kedokter gigi
3. Pantau perdarahan dan akibatnya
4. Beri perawatan sendi (latihan
fisik
5. Kendalikan perdarahan dengan memberikan tekanan dan
kompes dingin pada sisi cedera dengan meninggikan serta
,mengimobilisasi area yang cidera
6.
Amati
pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi dan cegah
Kontraktur
7.
Pantau
tanda-tanda hipovolemia
I. Pencegahan
- Jaga berat badan tubuh anak agar tetap ideal dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang menyehatkan. karena berat badan berlebih dapat mengakibatkan perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki.
- Olahraga teratur sesuai dengan yang dianjurkan oleh dokter yang menangani. Pilih olahraga yang aman untuk anak, misalnya berenang. Dan hindari olahraga fisik yang terlalu berat dan beresiko tinggi terluka, seperti sepakbola. Kondisi fisik yang baik dan bugar dapat mengurangi jumlah perdarahan.
3. Rawat gusi
dan gigi anak dengan baik serta lakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi
secara rutin. Karena jika terjadi sedikit masalah pada gigi dan gusi bisa
mengakibatkan perdarahan.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
Ilustrasi
kasus
Anak “L” usia 6
tahun,datang ke rumah sakit tgl 12 april 2012.pkl 13.00 wib,dengan keluhan perdarahan
pada lutut kaki kanan tak berhenti,setelah jatuh dari sepeda,nyeri persendian
lutut.sebelumnya pasien sering memar yang lama sembuh jika terbentur atau alami
kecelakaan ringan.pasien alami kelemahan,hematoma sekitar luka.Berat badan turun 2 kg dalam 1 bulan, nafsu makan
menurun,ada riwayat trauma, dan nyeri persendian. Sejak dua minggu setelah
kecelakaan timbul memar di bagian lutut dan paha
Pemeriksaan
fisik saat datang ke Rumah sakit : pasien kompos mentis, fungsi mental baik,
tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 110 kali/menit, frekuensi pernapasan
20 kali/menit, suhu 38,70C, konjungtiva tidak pucat, dan sklera
tidak ikterik.
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama
: An.L
Tanggal lahir
: 5
september 2006
Jenis kelamin
: peerempuan
Tanggal MRS
: 12 april 2012
Alamat
:
Semarang
Diagnosa
Medis
: hemofilia
Keluhan
utama
: perdarahan di lutut tak berhenti di kaki
kanan
2.
Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan
sekarang
An.L datang ke rumah sakit tgl 12 april
2012,dengan keluhan perdarahan yang tak berhenti di bagian lutut pada kaki
kanan,sebelum masuk rumah sakit pasien jatuh dari sepeda Tungkainya terasa
berat untuk digerakkan,nyeri di persendian lutut. Pasien masih dapat berjalan.selama
2 minggu perdarahannya belum berhenti,pasien alami kelemahan.
b.
Riwayat kesehatan dahulu
An.L tidak memiliki riwayat penyakit serupa
atau riwayat penyakit lainnya ataupun mengalami alergi tertentu,Sebelumnya belum
pernah dirawat di rumah sakit.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Setelah
dilakukan anamnesa kepada pasien dan keluarga ditemukan adanya penyakit
keturunan atau keluarga yang mengalami penyakit yang sama.yakni
dari ibunya
B.
PENGKAJIAN
BIOLOGIS
1. Rasa
aman dan nyman
a) Sebelum
sakit
An.L mengatakan sebelum sakit
pasien merasa belum terjadi kelemahan,namun dari keluhan didapati pasien cepat
lelah.dan cepat nyeri.
b) Selama
sakit
An.L mengeluh nyeri di
persendian lutut,badan terasa lemas dan untuk bergerak badan terasa sakit.
2. Aktifitas
–istirahat-tidur
a) Sebelum
sakit
An.L,seorang pelajar SD
dengan rutinitas berangkat ke sekolah pada jam yang dientukan,Pasien mandi 2x
sehari (pagi dan sore).Untuk istirahat pasien pasien jarang untuk istirahat
atau luangkan waktu karena kesibukan di luar sekolah
b) Selama
sakit
Anak L alami
kelelahan,malaise,ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas.karena terjadi
kelemahan otot.Anak L susah untuk tidur/istirahat cukup. Pasien teganggu denagn kondisinya yang sedang
sakit,dan meraskan nyeri di persendian.pasien tidur kurang dari 8 jam/hari.pasien
sulit untuk mobilisasi.
3. Personal
hygene
a)
Sebelum sakit
An.L mengatakan mandi 2x
sehari,gosok gigi 2x/hari,keramas 2x/hari.pasien dapat mandiri melakukan
rutinitas tersebut.
b) Selama
sakit
An.L sulit melakukan
kebutuhan dalam personal hygene,pasien sulit untuk bergerak.kebersihn diri
seperti mandi,gosok gigi dan keramas dibantu oleh keluarga.
4. Cairan
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan jarang
minum air putih pasien lebih suka dengan air teh,dalam 1 hari ± 800cc kebutuhan cairan dipenuhi
b) Selama
sakit
Pasien susah untuk minum,baik
air putih/air teh.pasien kurang
terpenuhi untuk cairannya kurang lebih hanya sekitar 800cc/hari
5. Nutrisi
a) Sebelum
sakit
Anak L makan rutin 3x/hari,BB
pasien 30kg.Anak Ltidak alami alergi makanan tertentu.
b) Selama
sakit
Anak L tidak mau mengkomsumsi
diit yng diberikan,Pasien alami kurang nafsu makan sehubungan dengan
kelemahannya pasien merasa malas untuk makan.BB Anak L turun 5kg
6. Kebutuhan
Oksigenasi & karbondioksida
a) Sebelum
sakit
Sebelumnya pasien tidak sesak,Pasien
dapat bernafas dengan lancar.Pasien juga tidak alergi,Pasien merasa cepat
lelah.
b) Selama
sakit
Pasien dalam bernafas dibantu
dengan alat pernafasan,membarane mukosa pucat,defisit saraf serebral/tanda
perdarahan serebral.
7. Eliminasi
Urine dan feses
a) Sebelum
sakit
Pasien buang air besar
3x/hari,dengan konsistensi normal (lembek).Pasien buang air kecil ±
500cc/hari,3-4x/hari.
b) Selama
sakit
Pasien merasa BAB dan BAK
alami hematuria.
C.
PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan
umum
1.
Kesadaran
: CM (Compos Mentis)
2.
Tanda-tanda
vital : S = 38,7oc
TD =
110/70 mmHg
N =
110x/m
RR =
20x/m
3.
Pemeriksaan
kepala :
Bentuk kepala mecocepal,tidak
ada luka di kepala,Penyebaran rambut merata,rambut ikal.Reflek pupil isokor
diameter 3mm,Refleks cahaya langsung dan tidak langsung positif.mata cowong,conjungtiva
pucat,sklera ikterik.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium dijumpai
jumlah trombositnya normal, masa protombinnya normal, masa tromboplastin
parsialnya meningkat
hemoglobin 37 g/dl,
leukosit 5 ribu/µl, trombosit 150 ribu/µl, hematokrit 32,10%, laju endap darah
81, ANA positif 1/40, anti DS DNA positif 949 iu/ml.
E. THERAPI
YANG DIBERIKAN
dexametason
4 x 5 mg,
ranitidine
2 x 1 amp
seftriakson
1 x 1 g
lapibal
2 x 1 tab
parasetamol
3 x 1 tab.
NaCl 0,9% diberikan 12 jam/kolf.
F. Analisa Data
symptoms
|
Etiologi
|
Problem
|
Ds :
Aanak L mengeluh lemas
Do :
- klien tampak lemah
- perdarahan
lutut yang
lama
berhenti
- S =
38,7oc
- TD = 110/70 mmHg
- N =
110x/m
- RR= 20x/m
- conjungtiva
pucat,sklera ikterik.
- mata cowong
|
faktor
resiko kehilangan cairan melalui rute abnormal (perdarahan)
|
kekeurangan volume
cairan
|
Ds :
pasien
mengatakan nyeri pada persendian
p
: injuri biologis
Q : nyeri
seperi di tekan
dan panas
R
: persendian lutut
S
: 7
T
: sering.
DO :
- ungkapan klien
- hematoma sekitar
lutut dan
paha
- S =
38,7oc
- TD = 110/70 mmHg
- N =
110x/m
- RR =
20x/m
-
perdarahan
|
Agen injuri biologis
|
Nyeri akut
|
Ds :
keluarga Anak
L mengatakan perdarahan tak kunjung henti
Do :
- perdarahan
- riwayat trauma akibat
jatuh dari
sepeda
- S : 38,70c
- memar
- leukosit :
|
faktor
resiko trauma
|
Resiko infeksi
|
G. Diagnosa Keperawatan
1.
Resiko kekurangan volume cairan b/d faktor resiko
kehilngan cairan
melalui rute abnormal (perdarahan)
2.
Nyeri akut b/d agen injuri biologis
3.
Resiko infeksi b/d faktor resiko trauma
H.
Intervensi
Diagnosa
|
Tujuan & kriteria hasil
|
intervensi
|
Resiko kekurangan volume cairan
b/d faktor
resiko kehilngan cairan melalui
rute abnormal (perdarahan)
|
NOC :
Risk detection
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam,Dengan pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan
Dengan
kriteria hasil:
- Mempertahankan
pengetahuan terbaru dari
riwayat keluarga
- Mengidentifikasi
potensial resiko
kesehatan
- Mengetahui tanda dan
gejala yang
mengindikasikan resiko
infeksi
|
NIC :
Bleeding precaution
-
Monitor pasien dalam penghentian
Perdarahan
- Catat jumlah Hb/hematokrit
sebelum
dan setelah perdarahan
- Lindungi pasien dari trauma,
yang
mana yang mungkin bisa
menyebabkan perdarahan
Bleeding reduction
- Identifikasi penyebab perdarahan
- Monitor jumlah dan pembawaan
darah yang keluar
- Menginstruksikan pasien dalam
pembatasan aktivitas, jika
memungkinkan
|
Resiko infeksi b/d faktor
resiko trauma
|
NOC :
Risk control
Knowledge : infection
Control
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,Dengan pasien tidak terjadi
infeksi,dengan kriteria hasil :
- Monitor intensitas cemas
- Mengetahui faktor resiko
dari lingkungan
- Monitor perubahan status
Kesehatan
- Monitor faktor resiko
dari tingkah laku
- Mendiskripsikan cara
dan penularan infeksi
- Memendiskripsikan
faktor penyebab I infeksi
- Mendiskripsikan
tindakan untuk
mencegah infeksi
- Mendiskripsikan tanda
dan gejala infeksi
|
NIC :
Infection protection
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Monitor sifat mudah luka infeksi
- Monitor nilai WBC
Control infection
- Observasi dan laporkan tanda dan
gejala infeksi
- Catat dan lapokan nilai Lab.
(leukosit, protein, serum, albumin)
- Istirahat yang adekuat
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
|
Nyeri akutberhubungandengan ciderabiologis(agen injuri biologis) |
NOC
1)
Pain level(539,2102)
2)
Pain control(536,1605)
3)
Comfort status: physical
(282,2010)
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,Dengan pasien tidak mengalami nyeri,
Dengan
kriteria hasil:
a)
Mampu mengontrol
nyeri
b)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan
menggunakan manajemen nyeri
c)
Mampu mengenali
nyeri
(PQRST)
d)
Menyatakan rasa
nyaman
setelah nyeri
berkurang
|
NIC
Pain management (529,1400)
- monitor
kepuasan pasien terhadap
manajemen nyeri
- tingkatkan istirahat dan tidur yang
adekuat
- kelola anti analgetik
- jelaskan pada pasien penyebab nyeri
-lakukan tekhnik non farmakologik
(distraksi-relaksasi)
|
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemofilia
adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang diturunkan melalui kromosom X.
Penyakit ini lebih banyak menyerang laki-laki karena hanya mempunyai kromosom
X, sedangkan wanita hanya sebagai pembawa atau carier. Hemofilia dibedakan
menjadi 2 yaitu hemofilia tipe A yang disebabkan karena kurangnya faktor
pembekuan darah ke VII dan hemofilia tipe B yang disebabkan karena kurangnya
faktor pembekuan darah ke IX. Salah satu tanda dan gejalanya ialah terjadinya
perdarahan pada jaringan, karena dapat dengan mudah mengalami perdarahan jika
terjadi trauma sedikit saja. Kurangnya faktor pembekuan darah tersebut dapat
diatasi dengan melakukan transfusi dengan teknik virisidal.Sebagai perawat
dituntut untuk dapat mengetahui secara detail teknik pencegahan terjadinya
perdarahan ataupun meminimalkan terjadinya trauma.
B. Saran
1.
Bagi pasien
Jaga berat badan tubuh anak agar tetap ideal dengan mengkonsumsi makanan
dan minuman yang menyehatkan. karena berat badan berlebih dapat mengakibatkan
perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki. Olahraga teratur sesuai dengan yang
dianjurkan oleh dokter yang menangani. Pilih olahraga yang aman untuk anak,
misalnya berenang. Dan hindari olahraga fisik yang terlalu berat dan beresiko
tinggi terluka, seperti sepakbola. Kondisi fisik yang baik dan bugar dapat
mengurangi jumlah perdarahan. Rawat gusi dan gigi anak dengan baik serta
lakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi secara rutin. Karena jika terjadi
sedikit masalah pada gigi dan gusi bisa mengakibatkan perdarahan.
2.
Bagi perawat
Lebih meninngkatkan kualitas dalam pelayanan terhadap
pasien sehingga perawat mampu memberikan Asuhan Keperawatan yang baik dan
optimal.Serta dapat menjadi tolok ukur dalam mengembangkan kemampuan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyne ( 2000 ) Rencana Asuhan Keperawatan.
EGC.Jakarta
Ngastiyah. Keperawatan Anak Sakit. 2005. Jakarta : EGC.
Jonhson,Marion;Maas,Maridean,Moorhead,Sue.2000.Nursing
Baihaqi,Rizki.24 agustus, 2011 [11:00].http://www.medicastore.com/nutrafor/isi.
Baihaqi,Rizki.24 agustus, 2011 [11:00].http://www.medicastore.com/nutrafor/isi.
diakses tanggal 13 april 2012
Diakses 13 april 2012.
Morhead,Sue.dkk.Nursing
Outcomes Clasification (NOC).Fourthedition.
Mosby.Philadelphia.
Mc.Closky
J.dan Bulaceck G.2000.Nursing incomes Clasification (NIC).
Mosby Philadelphia.